Wednesday, September 3, 2008

The Power of Worshiping God

What I love about worship is that we can come, broken, as we are.
By ourselves, we are incapable of true change.
We are seemingly trapped within the patterns and cycles of our humanity.
But as we begin to take our eyes off ourselves and place them upon Jesus and enter into worship, a miraculos charge takes place in our lives.

Psalm 40 describes it:
"I waited patiently for the Lord. He turned to me and hear my cry. He lifted me out of the slimy pit, out of the mud and mire. He set my feet on rock and gave me a firm place to stand. He put a new song in my mouth, a hymn of praise to our God. Many will see and fear and put their trust in the Lord".

God transforms us when we worship Him, because He has complete access to our lives.
He comes in with His hands of love and fills this desolate place.
He puts a new song - His song - deep into our hearts.
I just want to sing that song, because it's a song of redemption, a song of freedom, a song of love.

Closure

Agustus 2002

Tanpa sengaja aku bertemu lagi denganmu hari ini. Setelah sekian lama. Tanpa kontak. Tanpa komunikasi. Dunia memang sempit. Seperti kata perumpamaan: "dunia tak selebar daun kelor". Bagaimana tidak?
Mengapa aku harus bertemu denganmu di sebuah travel perjalanan Jakarta-Bandung?
Sialnya, aku terpaksa duduk bersebelahan denganmu. Aku tetap saja tak habis pikir. Walaupun keadaan sudah sangat jauh berbeda saat ini. Segalanya sudah berubah. Tidak sama lagi seperti dulu.

Aku menyesali kita harus memiliki waktu untuk berdua lagi (walaupun bersama-sama penumpang lain). Karena semuanya membuatku merasa sedang menaiki roller coaster yang berkecepatan 300 Km/jam dengan landasan dari kayu yang tidak kuyakini kekokohannya. Kau pernah membayangkan berada di situasi tersebut?!
Dengan keberanian yang luar biasa, aku berusaha menguasai diri saat bersamamu malam ini. Aku menutup hatiku rapat-rapat, memplesternya rapat-rapat dan menguncinya, agar "kau" tidak mampu masuk untuk memporakporandakan aku. Sekarang, kenangan itu kembali, menyergapku lagi, dan sekali lagi, sehingga mampu mengacaukan aku di saat aku sudah bisa meletakkanmu di luar hatiku.
Ternyata kau masih memiliki kekuatan untuk membuat badai padaku, karena mengenangmu adalah mengingat bagaimana dulu kita saling mencintai, bagaimana kemudian kau mendepakku seolah gulungan benang kusut yang lebih baik membeli benang baru, daripada mengurai kembali benang yang terlanjur kusut.

2 Juni 2002, kau mengatakan: Kau akan melempar cintamu kepada gadis lain. Mengapa harus kau lempar cinta lagi, ketika kita masih memiliki cinta itu?
Selain ia tidak perlu dilempar bukankah cinta memiliki sayapnya sendiri, ia akan hinggap kemana saja ia mau, ia tidak memilih akan hinggap kepada siapa yang terbaik. Cinta tidak merencanakan kepada siapa ia akan jatuh. Tetapi kalau kau ingin melempar cinta, itulah kau, yang selalu ingin melempar, tanpa merasa perlu bertanggungjawab kepada siapa ia akan jatuh.
Dulu aku tidak memungut cinta yang kau lempar ke langit.
Aku mencintaimu tanpa aku merencanakan semuanya, dan tanpa memandang apa yang sudah kaubuat untukku. Sekarang satu hal baru yang aku pahami tentang dirimu, kau memang melempar cinta, tetapi kaupun memilih kepada siapa cinta itu akan hinggap. Ketika cinta itu hinggap kepada orang yang tidak sesuai kriteriamu, kau merasa berhak untuk melempar cinta itu sekali lagi, atau berkali-kali ke udara, dan jika kembali terjadi, orang yang menangkap cinta tidak seperti keinginanmu, kau merasa bahwa orang yang menangkap cintamu sebagai orang yang salah tangkap.

Aku tau kau merasa kecewa padaku karena sebagai orang yang telah "menangkap" cintamu aku tidaklah memiliki kriteria-kriteria yang sudah kau tetapkan atau setidaknya kau inginkan. Bagimu fisikku mengecewakan, rambutku terlalu tipis dan selalu dengan potongan pendek, kulitku yang gelap dan penampilanku yang terlalu tomboy, selalu kau sesali.
Sayang sekali, Tuhan tidak memberiku cermin untuk aku berkaca di rahim ibuku, sehingga mungkin aku bisa protes kepada-Nya, ketika Ia akan memilihkan organ tubuhku. Lagipula, ketika aku masih menjadi janin aku tidak paham apa artinya kecantikan, dan bagaimana sesungguhnya kriteria cantik itu atau apakah kegunaan kecantikan di dunia selain untuk menghibur laki-laki!
Kecantikan selalu menjadi sangat subyektif, ia diciptakan untuk mengklasifikasikan manusia-manusia terbaik. Bisa jadi kulit seperti Naomi Campbell, atau bibirnya Cindy Crawford adalah prototipe organ yang sempurna, tetapi apakah ada orang yang memiliki perpaduan antara Naomi Campbell, Claudia Schiffer, atau siapapun yang termasuk ke dalam The Most Beautiful Peoples in the World? Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dikaruniakan kebaikan dan kesempurnaan fisik? Tidakkah mereka pun patut dicintai?

Bagiku sungguh malangnya dirimu, sebagai orang yang memiliki tingkat intelektualitas yang cukup, kau ternyata justru lebih mengedepankan sisi fisik daripada inner seseorang. Di saat semua orang tengah sibuk membenahi hati dan jiwa, kau justru masih sibuk mempermasalahkan kekurangan fisik seseorang.
Kau benar-benar tidak menghargai perasaanku.
Tapi ketika itu, aku begitu mencintaimu, sehingga dengan pikiran perempuan kolotku aku berpikir aku bisa mengubahmu. Aku salah besar!

Ketika kau datang menemuiku dengan alasan ingin menjelaskan semuanya, aku merasakan ada sesuatu yang hilang di antara kita. Kau nampak tidak sehangat pertemuan kita yang terakhir lalu. Tidak ada kerinduan darimu, semuanya aku rasakan datar, tanpa gejolak.
Penjelasanmu sangat tak bisa kuterima dan kumengerti.
Dengan kata-kata indah yang kaupilih kau seolah-olah masih meyakinkanku dan membuatku mengharapkanmu seperti orang gila. Padahal sebenarnya, kau ingin mendepakku dan pergi jauh dariku.
Begitu banyak alasanmu dan kesemuanya tidak aku mengerti.
Bahkan sampai saat ini pun, setelah sekian lama, aku pun masih kebingungan memahami segala sesuatu yang sudah terjadi di antara kita.

Ketika dulu aku menjerit kepada Tuhan, karena telah membuat kita berpisah dan merasa seluruh isi dunia telah menentangku, sekarang, aku memahami ada perasaan yang berbeda tentang semuanya. Mungkin waktu telah menyembuhkan luka batinku dan membuatku jernih memandang segalanya.

Aku tidak akan mendoakan kebahagiaanmu, karena tanpa doaku pun, jika Tuhan melimpahkan kebahagiaan pada hidupmu, maka kebahagiaan akan bersamamu. Lebih dari itu, aku tidak akan melakukan sesuatu yang nampak sekali basa-basi. Kalaupun kau melihatku sebagai perempuan tak berhati, aku pun tidak akan membantahmu, kau tahu aku selalu malas membantahmu, meski aku tidak tahu apakah kau mendoakan aku atau tidak, lagipula itu tidak lagi menjadi persoalanku.

Tulisanku ini tidak akan merubah segala sesuatu yang sudah terjadi di antara kita, karena aku memang tidak hendak merubah apapun. Aku menyadari bahwa proses berpikirku memang harus terbentuk dengan cara yang seperti ini. Menyadari bahwa kita memang harus menjalani kehidupan kita masing-masing, menyelesaikannya bersama orang-orang yang memang tersedia untuk kita dengan belajar menerima segala kekurangan dan kelebihan mereka.

Tulisan ini aku tutup dengan pengertian yang mendalam bahwa segala sesuatu tentang kau, TELAH BERAKHIR, bukan dua tahun yang lalu, tetapi saat ini!

LOVE or INFATUATION?

Infatuation is instant desire. It is one set of glands calling to another. Love is friendship that has caught fire. It takes root and grows - one day at a time.
Infatuation is marked by a feeling of insecurity. You are excited and eager, but genuinely unhappy. There are nagging doubts, unanswered questions, little bits and pieces about your beloved that you would just as soon not examine too closely. They might spoil the dream.
Love is quiet understanding and the mature acceptance of imperfection. It is real. It gives strength and grows beyond you - to bolster your beloved. You are warm by his presence, even when he is away. Miles do not separate you. You want him nearer. But near or far, you know he is yours and you can wait.
Infatuation says, "We must get married right away. I can't risk loosing him".
Love says, "Be patient. Don't panic. He is yours. Plan your future with confidence".
Infatuation has an element of sexual excitement. If you are honest, you will admit it is difficult to be in one another's company unless you are sure it will end in intimacy. Love is the maturation of friendship. You must be friends before you can be lovers.
Infatuation lacks confidence. When he's away, you wonder if he's cheating.
Sometimes you even check.
Love means trust. You are calm, secure, and unthreatened. He feels that trust, and it makes him even more trustworthy. Infatuation might lead you to do things you'll regret later, but love never will.
Love is an upper. It makes you look up. It makes you think up. It makes you a better person than you were before.

de javu

Aku masih di sini.
Seperti dulu.
Tapi mungkin aku sudah tidak bisa lagi seperti dulu.
Kau mengajariku keterbukaan. Kebersamaan itu. Kedekatan itu.

Juga surat-suratmu. Yang sudah kurobek-robek lalu kucampakkan di tempat sampah. Di angin-angin masa lalu.
Harus kukatakan sekarang, yah ... tak ada satupun yang kusimpan.
Kubuang ia, kubuang mereka, kertas-kertas itu. Kertas-kertas sialan itu, coretan kita, hati kita, rasa kita, yang memecahkan kepalaku, mengeraskan diriku dan segala rasa serta akal yang ada pada diriku.

APA arti dari semua kisah yang pernah ada, itu tak kuketahui sebelumnya.
Namun kini segalanya telah berbeda, kita telah banyak mengetahui dari proses bersama kita maupun sendiri-sendiri.
Dan, itu hidup, yang dulu adalah misteri bagi kita sehingga kita harus sangat bergiat-giat membuka kitab apapun, seperti gila memperbincangkannya dan menghabisinya, kini bukan lagi misteri. Karena telah kita jalani. Telah kita pelajari sebagiannya.
Hanya masa depan yang masih misteri, meski aku tahu, kita tak takut lagi.
Karena kita sudah memilih untuk menjalaninya saja.

Kalau kau bertanya padaku, mengapa kubuang surat-surat itu, ... aku bingung menjawabnya.
Sebenarnya jawabannya hanya sepele; aku tak tahu bagaimana lagi harus menyimpannya, sementara ada begitu banyak lagi tumpukan kertas-kertas yang lain memenuhi mejaku, lemariku.
Dan surat-surat itu terlalu memberati.

Ada banyak kenangan di sana. Juga segala pergulatan dan kelelahan kita. Kesedihan dan tanya-tanya kita. Begitu juga dengan rasa dan cerita ceria kita.
..... kalau tetap kusimpan, kalau tidak kubuang, ... aku akan terus hidup di masa lalu.
Biarlah mereka telah menjadi pengetahuan bagi kita di masanya saja, meski hanya sesaat. Sebentar. Tapi kita sudah tahu apa artinya dan rasanya. Iya kan? Aku ingin mencecapnya, itu saja. Meski dia adalah sakit atau senang, aku sudah gembira ketika berada betul-betul di sana.
Menjalaninya.

Cerita kita selalu cerita tentang keresahan. Sementara kegembiraan kita cuma hal-hal yang terlalu biasa pada hari-hari kita. Aku tidak ingin tinggal bersama cerita, tapi aku ingin bercerita.
Meski kita jarang bertemu, kita saling mengingat dan percaya. Bahwa ada seseorang yang seperti diri kita ini, diri kita sendiri, orang yang pernah saling menyimpan dan membagi resahnya dulu di suatu saat yang lampau. Itu adalah kau dan aku.
Yang ingin kukatakan adalah bahwa sesungguhnya aku pernah sangat menyayangimu seperti hal dan sesuatu yang adalah bagian dari aku, bagian dari jiwa dan kehidupanku.
Namun bagiku kau adalah pribadi yang tidak pernah dapat kumiliki, kumengerti, dan kurasakan maknanya.

Sahabat. Entah aku harus memanggilmu apa. Padahal itu abstrak sekarang. Kau tidak pernah ada saat sakitku, lemahku bahkan ceriaku. Kau tak ada. Banyak yang ada, yang lain, (bukan kau), yang riil bersama-sama aku.
Itulah dirimu. Gerakmu tiada pasti. Kau selalu hadir, namun dalam ketiadaan. Kau sederhana, namun dalam ketidakmengertian.

Kita sudah tahu rasanya, dan sudah pernah terlalu banyak merasa, rasa apa saja, rasa senang, rasa sedih, sakit, benci, marah, kalah, malu, menang, bangga, tertawa, konyol, dan lucu, yah begitulah ... mungkin kini kita harus lebih banyak berpikir dan bertindak dengan sepenuh akal dan tenaga.
Belajar berbuat dengan bijak (hei, sebenarnya aku benci dengan kata bijak ini, apalagi yang dipamer-pamerkan, diagung-agungkan, huh!), apa boleh buat ... aku tak punya kata yang dapat menggantikannya.
Aku kapok sekali. Aku tak suka cara itu, bungkusan kebijakan dan sungging seringai yang menakutkan atau menyamankan. Uh! biasa-biasa sajalah, apa adanya saja juga tak perlu dibuat-buat dan dilebih-lebihkan.

Ah, sahabatku, lama kita tak bertemu ... sampai sepertinya tak ada lagi rasa kangen karena ia sudah menguap bersama rasa-rasa dan makna-makna baru yang kita temui sendiri pada cerita perjalanan kita sendiri. Pada kisah-kisah kecil kita, pada jam-jam sibuk kita, pada sahabat baru kita. Aku yakin itu. Tapi kita akan biasa saja, akan tetap sedih kalau kita sakit, akan marah kalau kita disakiti, akan berbinar-binar kalau kita sangat senang.

Sudahkah keadaan berubah, sahabatku?
Adakah yang menyenangkan dirimu sekarang, selamat ya.
Sudah terlalu lama kita tidak pernah ngobrol-ngobrol lagi.

Ah, kita retak waktu dan tempat, juga buram keadaan.
Tak perlu kau jawab, aku pun sudah tak ingin pusing lagi pada masa lalu yang belum sanggup terjelaskan.
Aku cuma mau tidur sekarang, aku lelah.

Semoga kita sempat bertemu lagi (atau tidak perlu saja).
Semoga indah mimpiku.


..... di terangnya cahaya bintang-bintang dan dinginnya angin malam yang kadang tak mampu kulihat dan kurasakan .....

what do you think of this?

Kinerja terkait erat dengan sukacita.
Sukacita berhubungan sangat banyak dengan energi.
Di tingkatan hidup berlimpah energi, kinerja sama dengan sukacita, sukacita sama dengan kinerja.
Pertanyaannya kemudian, bisakah manajemen menjadi mesin sukacita?
(pikir sendiri dah! hehe)

Curhat ga penting ;)

Yah, terus terang aja.
Sebenarnya gue mau tegar dan berjiwa besar menghadapi semuanya. Gue mau seperti orang-orang yang lain, yang bisa gak tergantung sama orang lain. Yang bisa pisah sama orang-orang yang pernah deket dengan gue. Tapi kenyataannya?
Gue gak bisa.
Gue gak bisa maksain diri untuk gak norak pada saat seperti sekarang ini. Gue merasa sepi. Merasa sendiri.

Ada yang bilang, kita memang sah untuk berbuat norak selama kita gak mampu mengatasi kenorakan yang kita buat. Selama kita gak menyadarinya. Mungkin ada benernya.
Kadang kenorakan memang diperlukan seperti kita memerlukan rasa cengeng, romantis, sentimentil .....
Tanpa itu, mungkin, sekali lagi mungkin, manusia akan jadi kurang sempurna. Sepertinya, tanpa hati. Dan ada lho orang-orang yang hidup tanpa hati di dunia ini. Banyak malah.
Nanti kamu akan mengerti dan ngeliat sendiri orang-orang yang hidup tanpa hati.

SEX... (hmm)

Sometimes SEX sounds a lot like LOVE.
But IT'S NOT.

"I want you", doesn't mean "I want to give my life to you".
"I need you", isn't the same as "I will be here for you".
"You're gorgeous", doesn't mean "I love you for who you are".
"Look how happy we are", isn't the same as "I will be content with you 50 years from now".
"It feels good", doesn't mean "I want you to feel good about yourself when it's all over".
"I'll be gentle", isn't the same as "I care about your feelings".
"Everybody's doing it", doesn't mean "I want us to do it God's way".
"It's so good, I want it now", isn't same as "It's so good, I'm willing to wait for it".

S E X . . . . .

is not the same as

L O V E

no matter how similiar they sound!

Nurani Dunia

Setiap orang Kristen membuat kesan dengan kelakuannya, dan menyaksikannya dari satu sisi ataupun sisi lainnya.
Penampilannya, pakaiannya, seluruh sikapnya, membuat kesan yang terus menerus pada satu sisi atau sisi lainnya itu.
Dia tidak dapat bersaksi bagi atau melawan agama.
Dia harus memilih antara bersekutu dengan Kristus atau berserakan dimana-mana.
Setiap langkah yang Anda injakkan di atas senar akan bergetar ke arah kekekalan.
Setiap kali Anda bergerak, Anda menyentuh kunci-kunci nada yang akan bergema di semua bukit dan lembah surga, serta melalui seluruh gua dan lorong gelap di neraka.
Setiap tindakan dalam hidup Anda, berarti Anda sedang menggunakan pengaruh yang luar biasa yang akan berbicara kepada jiwa-jiwa di sekeliling Anda.

Jangan Takut

RASA TAKUT
hanyalah sebuah ilusi

penelitian membuktikan:
rasa takut adalah salah satu penghalang produktivitas

Cinta

cinta ...
tidak akan pernah membawamu pergi terlalu jauh

walau amarah menutup mata
tetapi cinta akan tetap membawamu kembali kepadanya

Lack of Anything

perasaanku "miskin"
pikiranku "miskin"
imanku "miskin"
pengharapanku "miskin"
kasihku "miskin"

aku miskin, buta, dan telanjang.

Imagining

tenangkan perasaanmu
kuatkan hatimu
meski tak tahu pasti aku
deru mesin pesawat bingar memenuhi telinga
tapi, ada sepi, kosong
separuh jiwaku hilang entah kemana?
kemana harus mencari?
kemana harus mengejar?
awan berarak-arak, berkejar-kejaran
angkasa terbentang luas
putih, bersih, ingin kuwarnai putihnya
oh, indahnya dunia
hey, lihat di bawah sana!

gedung-gedung pencakar langit, sawah-sawah luas, rumah-rumah,
semuanya terlihat begitu kecil
tanpa sadar aku tersenyum, aku suka ketinggian.

aku bebas!
aku lepas!
ingin rasanya selamanya berada di atas dan memandang ke bawah
karena semuanya terlihat kecil, seperti miniatur
mobil-mobil di jalan, tampak seperti tamiya di lintasannya, berkejar-kejaran
sebuah permainan.
senikmat bermain playstation
sejenak kulupa gundah di hati
tersenyum, tertawa, puas rasanya
suara lembut pramugari itu, menyentakkan khayalku, membuyarkan imajinasiku
lima belas menit lagi aku tiba
betapa singkatnya, imajinasiku tak lebih dari khayalan sekejab, tak lebih dari seteguk air, layaknya menutup mata, lalu membuka kelopaknya dengan segera
aku menyadari tubuhku berjalan, menuruni tangga, meninggalkan 'raksasa' terbang itu
dua wajah tersenyum hangat menyambutku, memelukku
aku tersenyum lepas
aku datang

My Garden of Memories

My garden is full of fair plots which I tend
Each plot blooms with memories of some dear old friend
I water them often, now here and now there
But at Christmas I water them everywhere
Hast thou such a garden, sweet friend, dear to thee
Where this thought may refresh a flower blooming for me?

Prayer

Jesus,

seeking the sanctuary has been the focus of my heart
as long as I can remember
it seems it's so easy to forget
in the countless hours of service to You

but now,
I've found my resting, thinking and reflective place
it is in Your sanctuary

I want to abide there
most often

Desperate

Don't go, I'm a homesick child
Just stay and talk to me, even if it's just for a while
Oh, I'm afraid of the dark
But You are the light, stay by my side
Lord, without You ...
I get a little desperate reaching out for You love
I get desperate to feel Your touch from above
I get desperate far away just won't do
I'm hopelessly, honestly, constantly, desperate for You

Oh Lord, when You hung on that tree
You showed once and for all, that You were desperate for me
And I know You'll be coming back soon
I hope time will fly, I'll survive
But in the meantime ...

Don't know what I did before You
Never really lived before You
I need You more in my life
I am hopelessly, honestly, constantly, desperate for You

Pagi

Pagi ...
tidak boleh diisi dengan tidur.
Pagi adalah saat kita bangun.
Membuka mata dengan wajah cerah, dan bergegas menuju tempat tugas.
Meski mata terasa berat, meski selimut mendekap erat.
Sekali dalam hidup, kata penulis besar Pramoedya, orang mesti menentukan sikap.
Kalau tidak, dia takkan pernah menjadi apa-apa.
Sekali waktu, kita memang harus berani menentang situasi yang memanjakan kita.
Bangun!
Dan meninggalkan kenikmatan tidur di pagi hari.
Mencoba menentang dunia yang meninabobokan.
Jangan sampai kita terlena oleh situasi yang sekarang serba melelapkan. Memanjakan.

Pagi hari ...
adalah saat yang tepat untuk mengerjakan sesuatu.
Saat udara masih segar, saat pikiran masih bersih, saat segala persoalan larut dalam tidur semalam.

Lost

lost my heart, but what of it?
he is cold, I agree
he can laugh, but I love it
because the laugh's on me
I'll sing to him, each spring to him
and long for the day
when I'll cling to him,
bewitched bothered and bewildered
am I?

I'm wild again
beguiled again
a simpering whimpering child again
bewitched bothered and bewildered
am I?